Ledakan Pendatang, IKN Diwaspadai Jadi Episentrum Baru COVID-19 di Kalimantan Timur
Di tengah ambisi menjadikan Ibu Kota Nusantara (IKN) sebagai
pusat pemerintahan masa depan Indonesia, muncul kekhawatiran baru yang berakar
dari masa lalu: ancaman penyebaran COVID-19. Tak bisa dimungkiri, geliat
pembangunan yang mengundang ribuan pekerja dari seluruh penjuru negeri—bahkan
luar negeri—membuat kawasan ini bak magnet penyebaran penyakit menular, jika
tidak ditangani secara sigap dan antisipatif.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), dr. Jansje Grace Makisurat, menyuarakan kekhawatiran itu secara terbuka usai memimpin rapat koordinasi bersama seluruh kepala puskesmas di wilayah PPU pada Jumat, 13 Juni 2025. Menurutnya, mobilitas tinggi dan arus keluar-masuk pendatang di wilayah Kecamatan Sepaku—yang menjadi lokasi pusat inti IKN—membuka peluang besar bagi kembalinya penyebaran virus COVID-19.
"Iya, wilayah Sepaku atau IKN memiliki potensi cukup tinggi penyebaran virus COVID-19 ini," tegas Grace dalam pernyataannya.
Ancaman Nyata dari Para Pendatang
Bukan tanpa alasan Grace menyoroti potensi ini dengan serius. Dalam beberapa bulan terakhir, pembangunan masif di IKN telah mendatangkan ribuan tenaga kerja, baik dari dalam maupun luar negeri. Mereka datang dan pergi dalam frekuensi yang cukup tinggi, sehingga menjadi kelompok dengan risiko penyebaran penyakit yang tidak bisa diabaikan.
“Yang kita waspadai mereka yang suka bepergian atau para pendatang dari luar daerah. Kan di IKN itu banyak orang keluar masuk dari luar daerah, dari mana-mana seluruh Indonesia datang, bahkan mungkin dari luar negeri, nah itu yang harus diwaspadai,” ujar Grace.
Karena itu, dalam waktu dekat, Dinas Kesehatan PPU akan melakukan koordinasi dengan pihak Otorita IKN. Tujuannya adalah untuk menyusun strategi bersama dalam pencegahan penyebaran COVID-19 dan sekaligus meninjau kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan di kawasan IKN.
“Segera kami akan koordinasikan dengan Otorita IKN, sekalian kami mau melihat kesiapan rumah sakit-rumah sakit yang ada di sana,” katanya.
Fasilitas Kesehatan Harus Siaga
Salah satu poin penting yang ditekankan Grace adalah kesiapan fasilitas kesehatan di kawasan IKN, terutama dalam menyiapkan ruang isolasi. Walaupun saat ini alat tes COVID-19 seperti antigen dan PCR masih terbatas, prosedur pencegahan harus tetap dilaksanakan. Bila ditemukan pasien dengan gejala mencurigakan, tindakan isolasi harus segera dilakukan, meskipun hasil konfirmasi laboratorium belum tersedia.
“Jika ada pekerja yang dicurigai segera dirawat dan diisolasi. Langkah ini sebagai bentuk cegah dini sebab segala sesuatunya kita harus antisipasi, walaupun gejalanya ringan,” ujar Grace.
Ia menambahkan bahwa masyarakat masih menyimpan trauma akibat pandemi COVID-19 sebelumnya. Banyak yang kehilangan orang tua, pasangan hidup, hingga rekan kerja. Trauma kolektif itu menjadikan kewaspadaan terhadap virus ini tetap penting, apalagi dalam konteks IKN yang menjadi pusat aktivitas dan perpindahan manusia.
Kasus Baru COVID-19 Muncul di Kaltim
Rapat koordinasi yang digelar Dinkes PPU bukan langkah reaktif tanpa dasar. Menurut Grace, keputusan ini merupakan respon langsung atas ditemukannya kembali kasus COVID-19 di Kalimantan Timur. Tiga warga dilaporkan sedang dirawat di RSUD dr. Abdoel Wahab Sjahranie, Samarinda. Dari ketiganya, satu telah dipastikan positif berdasarkan tes antigen, sementara dua lainnya masih menunggu hasil PCR dari Laboratorium Banjarbaru di Kalimantan Selatan.
“Infonya hasil tes antigen satu orang telah dinyatakan positif COVID-19, dan dua lagi masih menunggu hasil tes PCR,” ungkap Grace.
Temuan ini cukup menjadi alarm bagi wilayah penyangga IKN seperti PPU untuk meningkatkan kewaspadaan. Apalagi, menurut Grace, surat edaran dari Bupati PPU, Mudyat Noor, tentang peningkatan kewaspadaan terhadap penyebaran COVID-19 juga baru saja diterbitkan. Rapat koordinasi ini menjadi langkah cepat untuk menerjemahkan kebijakan itu ke lapangan.
Kelompok Rentan Harus Diprioritaskan
Meski banyak yang menganggap COVID-19 kini tak lagi seganas awal kemunculannya, Grace mengingatkan bahwa bagi kelompok rentan, virus ini tetap berbahaya. Lansia, penderita komorbid, ibu hamil, dan anak-anak harus menjadi prioritas utama dalam langkah perlindungan.
“Nah itu yang kita waspadai. Makanya kami segera laksanakan rapat koordinasi ini. Guna mengingatkan teman-teman yang bertugas di seluruh pelayanan kesehatan se PPU mewaspadainya,” jelas Grace.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya peran petugas kesehatan dalam menyebarkan edukasi kepada masyarakat. Salah satu langkah konkret adalah mengaktifkan kembali penyuluhan tentang pentingnya pola hidup bersih dan sehat. Sekolah-sekolah harus mulai kembali mengajarkan anak-anak pentingnya cuci tangan, sedangkan masyarakat umum perlu dibiasakan lagi menggunakan masker, khususnya bagi yang sedang flu atau batuk.
“Lalu bagi mereka yang sakit terutama flu dan batuk, wajib memakai masker ke mana pun mereka pergi, termasuk ke fasilitas kesehatan. Tenaga kesehatan juga, dalam memberi pelayanan harus memakai masker,” pungkasnya.
Menguji Ketahanan Sistem Kesehatan di Ibu Kota Baru
Kasus ini menjadi ujian awal bagi kesiapan sistem kesehatan di kawasan IKN, bahkan sebelum ibu kota ini resmi difungsikan sebagai pusat pemerintahan. Jika penanganan pencegahan seperti isolasi, tracing, dan edukasi masyarakat tidak dilakukan secara intensif mulai sekarang, IKN bisa saja menjadi episentrum baru bagi kebangkitan gelombang penyebaran COVID-19.
Fakta bahwa fasilitas kesehatan di kawasan ini belum sepenuhnya siap—bahkan alat tes saja masih kosong—menjadi catatan penting. Proyek IKN selama ini lebih banyak disorot dari sisi infrastruktur fisik, sementara kesiapan sistem kesehatan justru minim publikasi. Padahal, IKN yang sehat adalah prasyarat utama untuk kota yang ingin diklaim berkelas dunia.
Melihat perkembangan ini, harapan pun menggantung di pundak koordinasi antara Dinkes PPU, Otorita IKN, dan pihak rumah sakit serta puskesmas. Jika tidak ingin mimpi besar Nusantara berubah menjadi mimpi buruk karena wabah lama yang belum benar-benar sirna, maka langkah cepat dan konkret adalah satu-satunya jalan.