Zona Rimba IKN Disulap Jadi Hutan Pendidikan Bertaraf Internasional, Proyek Rp188,9 Miliar Resmi Dimulai
![]() |
Ilustrasi : AI |
Ibu Kota Nusantara (IKN) kembali mencatat sejarah baru dalam
geliat pembangunannya. Kali ini, giliran Zona Rimba di kawasan inti pusat
pemerintahan (KIPP) yang akan diubah wajahnya secara total. Lewat sebuah proyek
strategis bernilai hampir Rp189 miliar, wilayah hijau seluas 621 hektare itu
bakal disulap menjadi pusat riset kehutanan dan konservasi bertaraf
internasional yang diberi nama Wanagama Nusantara. Proyek ini merupakan bentuk
kolaborasi antara Otorita IKN (OIKN), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sekaligus menandai transformasi kawasan
hutan di jantung IKN menjadi simpul edukasi dan riset berbasis alam.
Berlokasi di Zona Rimba Kota 1B KIPP IKN dan tidak jauh dari Mayapada Hospital Nusantara, Wanagama Nusantara akan menjadi kawasan yang tak hanya berfungsi sebagai hutan konservasi, tapi juga pusat pengabdian masyarakat, laboratorium reforestasi, serta tempat pendidikan lingkungan hidup yang terintegrasi. Luasnya yang mencapai 621 hektare memberikan ruang yang leluasa bagi pengembangan program-program riset, pembelajaran lapangan, hingga kegiatan pelestarian flora dan fauna endemik Kalimantan.
Proyek ini sendiri resmi diteken pada Kamis, 26 Juni 2025. Pelaksanaannya dipercayakan kepada konsorsium Kerja Sama Operasi (KSO) yang terdiri dari PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT APG, dan PT Penta. Nilai kontrak proyek ini ditetapkan sebesar Rp188.904.000.000, setara 98,3 persen dari total pagu anggaran yang disediakan sebesar Rp192.370.000.000. Dana seluruhnya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025, melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) milik OIKN.
Dalam proyek ini, tidak hanya pembangunan pusat riset yang menjadi fokus. Sebagaimana disampaikan oleh Direktur Sarana dan Prasarana Sosial OIKN, Silveria Octaviana Bailia—akrab disapa Ria—paket pekerjaan yang dimenangkan oleh KSO tersebut juga mencakup empat komponen penting lainnya. Di antaranya adalah pembangunan infrastruktur olahraga PSSI, pembangunan nursery anggrek atau kebun anggrek, pengadaan taman, dan rehabilitasi kawasan glamping yang berada di zona KIPP 1A.
“Proyek ini akan berlangsung selama 189 hari kalender, dari 26 Juni hingga 31 Desember 2025,” terang Ria dalam laporannya.
Menurut Ria, selain proses pembangunan, pihak KSO juga wajib menjalankan masa pemeliharaan selama satu tahun penuh atau 365 hari setelah proyek selesai. Komitmen ini menjadi bagian dari kesepakatan kontraktual demi memastikan kualitas bangunan serta keberlangsungan fungsi kawasan dalam jangka panjang.
Kawasan riset Wanagama Nusantara sendiri dirancang dengan visi jangka panjang. Ia akan menjadi pusat kajian dan penelitian kehutanan yang membuka akses kerja sama dengan perguruan tinggi dalam maupun luar negeri. Pengembangan kawasan juga ditujukan untuk menjadi sarana pembelajaran lapangan bagi generasi muda, para peneliti, dan komunitas pecinta lingkungan. Dalam konteks pembangunan IKN yang berbasis kota hutan atau forest city, proyek ini adalah wujud nyata dari gagasan tersebut—membuktikan bahwa pembangunan tidak harus mengorbankan alam, justru sebaliknya: beriringan dan saling memperkuat.
Adapun nursery anggrek atau orchid garden yang akan dibangun, menjadi langkah penting dalam pelestarian dan pengembangan kekayaan hayati Indonesia. Kalimantan sebagai salah satu wilayah dengan keanekaragaman anggrek tertinggi di dunia, dinilai sangat layak menjadi lokasi konservasi spesies anggrek langka sekaligus objek wisata edukasi. Bersamaan dengan itu, taman-taman tematik juga akan dibangun untuk menambah nilai estetika dan fungsi ruang publik di tengah hutan kota IKN.
Sementara kawasan glamping—yang sebelumnya dikembangkan sebagai destinasi wisata alami—akan direhabilitasi agar lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Lokasi ini tetap akan digunakan sebagai ruang rekreasi publik, namun desain dan fasilitasnya akan dirombak agar sesuai dengan standar kawasan hijau dan edukatif.
Tidak hanya infrastruktur yang menjadi perhatian, aspek tata kelola proyek juga diawasi secara ketat. Sekretaris Otorita IKN, Bimo Adi Nursanthyasto, menegaskan bahwa seluruh proyek yang berjalan di IKN termasuk pembangunan Zona Rimba akan berada dalam pengawasan langsung dari Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen (Jamintel). Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa tidak ada penyimpangan dalam pelaksanaan, serta semua proses berjalan transparan dan akuntabel.
“Artinya yang kaitannya dengan ancaman, gangguan, hambatan serta tantangan yang akan kita hadapi di lapangan, sesegera mungkin kita mitigasi,” tegas Bimo saat memberikan arahan.
Ia juga mengingatkan bahwa sinergi lintas pihak menjadi kunci utama suksesnya pembangunan di kawasan IKN. Tidak boleh ada miskomunikasi atau ego sektoral yang menghambat proses pengerjaan proyek, apalagi jika proyek itu bersinggungan langsung dengan masyarakat sekitar.
“Artinya harus selesai pada 2025, sambil kita menyusun kegiatan-kegiatan selanjutnya. Jadi saya tekankan sekali lagi keharmonisan kerja kita, terlebih yang bersinggungan langsung dengan masyarakat,” ujar Bimo.
Di sisi lain, pembangunan Zona Rimba dan seluruh fasilitas pendukungnya juga merupakan bagian dari rangkaian besar pembangunan tahap dua IKN yang dimulai pada pertengahan 2025. Proyek ini beriringan dengan penataan ulang wajah Kecamatan Sepaku sebagai koridor utama kota, serta peningkatan kualitas jalan-jalan utama di kawasan 1B dan 1C KIPP.
Untuk proyek penataan kawasan koridor Sepaku, pengerjaannya telah dipercayakan kepada PT PP URBAN. Sedangkan kontrak peningkatan jalan untuk kawasan 1B dan 1C telah lebih dulu ditandatangani pada 11 Juni 2025 lalu di City Hall kantor OIKN.
Kawasan 1B dan 1C ini adalah bagian dari jaringan utama yang menghubungkan titik-titik vital di dalam kawasan inti IKN. Oleh karena itu, peningkatan infrastruktur jalan sangat penting agar mobilitas dan logistik pembangunan berjalan lancar, sekaligus sebagai kesiapan menghadapi target operasional pemerintahan IKN pada 2025 mendatang.
Dengan semua proyek yang kini mulai bergulir, tampak bahwa pembangunan IKN tak hanya berfokus pada gedung-gedung tinggi atau infrastruktur keras semata. Ada upaya besar yang digerakkan untuk menjadikan kota ini sebagai pusat keberlanjutan lingkungan, pendidikan, serta partisipasi sosial. Dari hutan menjadi laboratorium hidup, dari kawasan tidur menjadi pusat inovasi, dan dari proyek pemerintah menjadi warisan kolektif bangsa.
Transformasi Zona Rimba menjadi Wanagama Nusantara adalah contoh konkret bagaimana IKN dibangun bukan sekadar untuk hari ini, tapi untuk masa depan yang lebih hijau, lebih cerdas, dan lebih inklusif.