Kutai Barat Ubah Lahan Tidur Jadi Lumbung Hijau, Wagub Kaltim Beri Pujian dan Ajak Daerah Lain Meniru

  

Pemandangan yang dulu hanyalah hamparan tanah kosong di kawasan Politeknik Sendawar, Barong Tongkok, Kutai Barat, kini telah berubah drastis menjadi hamparan hijau tanaman palawija yang memanjakan mata. Dalam waktu hanya dua bulan, perubahan ini menjadi bukti konkret bagaimana tekad, inovasi, dan kerja sama bisa mengubah lahan tidur menjadi lahan produktif yang menjanjikan masa depan cerah bagi sektor pertanian di Kalimantan Timur. Transformasi menakjubkan ini menjadi sorotan utama dalam gelaran Pekan Daerah (Peda) XI Petani Nelayan Tingkat Provinsi Kaltim tahun 2025 yang digelar di Kabupaten Kutai Barat.

Wakil Gubernur Kalimantan Timur, H. Seno Aji, tak menyembunyikan kekagumannya. Dalam kunjungannya kembali ke lokasi Gerak Teknologi (Gertek) Pertanian yang dua bulan sebelumnya masih berupa tanah kosong, ia menyaksikan sendiri bagaimana pemandangan telah berubah total. “Setelah saya kembali, ternyata semuanya sudah hijau oleh tanaman palawija, bahkan sudah ada yang dipanen,” ujarnya penuh semangat, Kamis, 26 Juni 2025.

Pencapaian ini menjadi bukti tak terbantahkan bahwa tanah di wilayah Kutai Barat menyimpan potensi luar biasa untuk pengembangan sektor pertanian. Menurut Seno, walau tanah di sebagian besar wilayah Kaltim memang membutuhkan penambahan kapur guna menurunkan tingkat keasaman, hal ini bukan hambatan melainkan bagian dari proses adaptasi pertanian lokal. “Artinya, hasil Peda di Kubar ini menunjukkan bahwa semua tumbuhan palawija tumbuh subur dan berhasil berbuah dengan baik,” tambahnya.

Keberhasilan ini tidak hanya menjadi kebanggaan lokal, melainkan pula sebuah sinyal kuat bahwa Kalimantan Timur tengah menyongsong kemandirian pangan dengan lebih serius. Kutai Barat, yang dulunya tidak terlalu diperhitungkan sebagai pusat pertanian provinsi, kini muncul sebagai kawasan percontohan yang bisa direplikasi ke kabupaten dan kota lainnya di Benua Etam. “Kami berharap hasil Peda ini bisa menular ke para petani kabupaten dan kota. Jangan berhenti di sini, harus ada tindak lanjut secara konkret di tingkat daerah,” tegas Seno.

Dalam konteks pembangunan nasional, terutama dengan semakin dekatnya pengoperasian Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur, capaian seperti ini menjadi sangat relevan. Ketahanan pangan menjadi elemen penting dalam menopang pertumbuhan kota masa depan tersebut. Peda tidak boleh dipandang sekadar acara rutin tahunan, melainkan sebagai arena strategis untuk berbagi gagasan, membedah inovasi teknologi, dan menanamkan praktik terbaik dari hulu ke hilir dalam ekosistem pertanian dan perikanan.

Seno Aji dalam sambutannya juga menyoroti pentingnya semangat kolaborasi antara petani, penyuluh, akademisi, dan pemerintah. Menurutnya, semua rekomendasi dan inovasi teknologi yang muncul selama Peda harus diterapkan di lapangan, bukan berhenti dalam dokumen laporan atau pameran semata. “Sehingga Kaltim benar-benar bisa swasembada pangan seperti yang diarahkan Bapak Presiden Prabowo Subianto,” ujarnya, sekaligus menggarisbawahi arah besar pembangunan pertanian yang kini tengah digagas pemerintah pusat.

Dukungan pemerintah daerah, katanya, tidak akan berhenti pada tahap pengakuan dan apresiasi saja. Seno menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi Kaltim akan terus mendorong berbagai program strategis untuk meningkatkan produktivitas, kesejahteraan, dan kapasitas petani serta nelayan. Salah satu fokusnya adalah pengembangan kawasan pertanian terpadu yang tidak hanya menghasilkan komoditas untuk konsumsi lokal, tetapi juga menciptakan nilai tambah melalui pengolahan hasil dan pemasaran yang lebih luas.

Dengan capaian Kutai Barat, pemerintah berharap semangat transformasi ini bisa menjalar cepat ke seluruh pelosok Kaltim. Daerah lain didorong untuk memetakan kembali potensi lahan tidur di wilayahnya masing-masing dan mengambil langkah proaktif untuk membangkitkannya. Karena sebagaimana yang ditunjukkan oleh Kubar, perubahan itu mungkin—asal ada kemauan, kepemimpinan yang kuat, dan kerja bersama.

Perubahan ini juga membuka peluang baru untuk investasi di sektor pertanian, mulai dari pembangunan infrastruktur irigasi, pengadaan benih unggul, hingga pelatihan petani muda agar mereka lebih paham teknologi dan pasar. Seno bahkan mengungkapkan optimismenya bahwa Kutai Barat bisa menjadi pionir pertanian berbasis teknologi, ramah lingkungan, dan berorientasi pada ketahanan pangan jangka panjang.

Dengan sinergi antara keberanian inovasi petani lokal, dukungan akademik dari institusi seperti Politeknik Sendawar, dan komitmen pemerintah, keberhasilan Peda XI ini bukan hanya sekadar prestasi satu daerah. Ia adalah cermin masa depan Kalimantan Timur sebagai poros pertanian dan penyangga pangan nasional. Dalam suasana optimistis, Seno Aji menutup wawancaranya dengan keyakinan kuat, “Kami di pemerintah akan terus mendukung dan mendorong segala upaya untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani dan nelayan.”

Kutai Barat telah membuktikan bahwa tanah tidur bukan kutukan abadi. Dengan sentuhan ilmu, teknologi, dan semangat kolaboratif, ia bisa disulap menjadi lahan harapan. Dan harapan itu kini sedang tumbuh—dari akar yang kuat di Bumi Kalimantan.

Next Post Previous Post