Taufiq Ismail Terima Anugerah Sastra Mastera 2024 dari Brunei Darussalam: Inspirasi bagi Generasi Muda Sastrawan
Pemeberian Anugrah Sastrawan pada Taufik Ismail. Foto : Dok Kemendikbudristek |
Taufiq Ismail, salah satu penyair terkemuka Indonesia,
kembali mencatatkan prestasi gemilang di dunia sastra. Pada 1 Oktober 2024, ia
dianugerahi penghargaan bergengsi Anugerah Sastrawan Majelis Sastra Asia
Tenggara (Mastera) oleh Brunei Darussalam. Upacara penyerahan penghargaan
tersebut berlangsung khidmat di Hotel Antarbangsa Rizqun, Gadong, Brunei
Darussalam, dan dihadiri oleh para sastrawan serta tokoh-tokoh budaya dari
empat negara anggota Mastera, yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan
Singapura.
Penghargaan Anugerah Sastrawan Mastera ini merupakan bentuk apresiasi tertinggi dari Brunei Darussalam kepada para sastrawan yang dianggap berjasa dalam mengembangkan sastra di Asia Tenggara. Anugerah ini diberikan kepada tokoh sastra yang memiliki pencapaian luar biasa, kualitas karya yang tinggi, serta dedikasi dalam mengembangkan dan memajukan kesusastraan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Taufiq Ismail, yang telah mendedikasikan hidupnya pada dunia puisi, dianggap pantas menerima penghargaan ini sebagai pengakuan atas kontribusinya yang begitu mendalam.
Taufiq Ismail dan Tiga Sastrawan Lainnya Meraih Penghargaan
Selain Taufiq Ismail, tiga sastrawan lain dari negara
anggota Mastera juga menerima penghargaan serupa, yaitu Yang Berhormat Pehin
Udana Khatib Dato Paduka Seri Setia Ustaz Haji Awang Badaruddin bin Pengarah
Dato Paduka Haji Awang Othman (Badaruddin H.O.) dari Brunei Darussalam, Dato'
Seri (Dr.) Abdul Samad bin Mohamed Said (A. Samad Said) dari Malaysia, dan
Encik Djamal Tukimin dari Singapura. Kehadiran keempat sastrawan ini
menggambarkan persahabatan dan semangat kebersamaan antarnegara dalam memajukan
dunia sastra di kawasan Asia Tenggara.
Dalam sambutannya, Taufiq Ismail yang diwakili oleh Wakil Ketua Mastera Indonesia, Hafidz Muksin, menyampaikan rasa syukur dan haru atas penghargaan ini. Ia merasa bersyukur karena diberi kesempatan untuk mengabdikan hampir seluruh hidupnya pada puisi dan bahasa, dan penghargaan ini menjadi salah satu puncak dari perjalanan panjangnya di dunia sastra.
“Penghargaan ini adalah sebuah kehormatan besar dan sangat mengharukan bagi saya,” ujar Hafidz Muksin saat menyampaikan pidato mewakili Taufiq Ismail. Dalam kesempatan tersebut, ia juga menegaskan bahwa bagi Taufiq Ismail, puisi bukan sekadar kata-kata, melainkan sebuah perjuangan untuk kebebasan dan keadilan.
Harapan Taufiq Ismail untuk Generasi Sastrawan Muda
Taufiq Ismail selalu berpegang pada keyakinan bahwa puisi
adalah suara hati yang menyuarakan kebenaran dan keindahan. Melalui
karya-karyanya, ia mencoba menyampaikan nilai-nilai kemanusiaan dan cinta yang
universal. “Puisi adalah hati nurani. Puisi adalah cinta semesta yang menyala
di dada,” ujarnya. Ia berharap penghargaan yang ia terima kali ini dapat
memberikan inspirasi kepada para sastrawan muda untuk terus berkarya dan
mengembangkan potensi mereka.
Dengan semangat yang tinggi, Taufiq menekankan pentingnya kegiatan sastra yang berkelanjutan. Ia percaya bahwa melalui ajang seperti Mastera, kehidupan kesusastraan di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, akan semakin hidup dan berkembang. “Melalui agenda Mastera yang rutin diadakan, saya optimis bahwa kegiatan sastra di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia, akan semakin semarak dan mampu melahirkan penulis-penulis dengan karya yang menggugah,” tambahnya.
Sejarah Penghargaan Anugerah Sastra Mastera
Anugerah Sastrawan Mastera bukanlah penghargaan baru bagi
sastrawan Indonesia. Ajip Rosidi menjadi penerima pertama dari Indonesia pada 9
Mei 2003, diikuti oleh Sutardji Calzoum Bachri pada 13 Maret 2006. Setelah itu,
sejumlah nama besar dalam dunia sastra Indonesia seperti Willibrodus Surendra
Broto (2008), Budi Darma (2011), Sapardi Djoko Damono (2014), dan Goenawan
Susatyo Mohamad (2018) juga meraih penghargaan yang prestisius ini.
Pemberian Anugerah Sastrawan Mastera dilakukan melalui proses seleksi yang ketat dan transparan. Para calon penerima dipilih berdasarkan berbagai kriteria, seperti kontribusi mereka dalam menciptakan karya sastra berkualitas tinggi, dedikasi dalam membina dan mengembangkan kegiatan sastra, serta kesediaan untuk berkorban demi kemajuan sastra. Semua ini menjadi pertimbangan penting bagi dewan juri di setiap negara anggota Mastera dalam menentukan penerima penghargaan.
Kriteria Pemilihan Anugerah Sastrawan Mastera 2024
Anugerah Sastrawan Mastera 2024 memiliki sejumlah kriteria
yang harus dipenuhi oleh para calon penerimanya. Berikut adalah
kriteria-kriteria tersebut:
- Aktivitas Kreatif: Sastrawan diharuskan aktif menghasilkan karya kreatif seperti novel, cerpen, drama, dan puisi, termasuk sajak, pantun, dan syair.
- Peran dalam Pengembangan Sastra: Calon penerima diharapkan aktif dalam membina kegiatan sastra melalui kritik, penelitian, dan berbagai organisasi sastra.
- Dedikasi Terhadap Sastra: Kecintaan yang mendalam terhadap sastra ditunjukkan melalui kesediaan untuk mengorbankan tenaga dan waktu demi perkembangan sastra, baik secara individu maupun kelompok.
- Perhatian terhadap Pembangunan Sastra: Calon penerima memberikan perhatian serius terhadap pengembangan sastra, baik sebagai bagian dari tugas profesi maupun sebagai panggilan pribadi.
- Aktivitas Akademik: Sastrawan aktif menghasilkan tulisan dan mempresentasikan makalah tentang sastra dalam forum-forum, seminar, serta konferensi.
- Pertimbangan Khusus: Kriteria tambahan yang dianggap perlu oleh Panel Penilai Pusat Brunei Darussalam dan Panel Negara Anggota Mastera juga menjadi faktor penentu.
Para sastrawan yang memenuhi kriteria ini akan melalui
proses seleksi yang dilakukan oleh dewan juri di masing-masing negara.
Sekretariat Mastera kemudian akan mengajukan panel forum hasil penjurian serta
biodata calon pemenang kepada Mastera Brunei Darussalam untuk dilakukan
penilaian akhir.
Peran Brunei Darussalam dalam Penghargaan Mastera
Sebagai tuan rumah dan pemimpin dalam proses penilaian,
Brunei Darussalam memiliki peran penting dalam penyelenggaraan Anugerah
Sastrawan Mastera. Penghargaan ini diberikan berdasarkan persetujuan dari
Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Baginda Sultan dan Yang Di-Pertuan
Negara Brunei Darussalam, yang menunjukkan betapa seriusnya upaya Brunei dalam
mendorong perkembangan sastra di kawasan ini.
Pengiran Haji Mohd. Hasnan bin Pengiran Haji Ali Hassan, Setiausaha Tetap (Kebudayaan) Kementerian Kebudayaan, Belia dan Sukan Brunei Darussalam, yang juga menjabat sebagai Pengerusi Jawatankuasa Panel Penilai Pusat Anugerah Sastera ke-7 Mastera, 2024, berharap bahwa penghargaan ini dapat mendorong perkembangan sastra di tingkat nasional, regional, dan internasional. “Kami berharap anugerah ini dapat menjadi motivasi bagi para sastrawan di negara-negara anggota Mastera untuk terus berkarya dan memperkaya dunia sastra di Asia Tenggara,” tuturnya.
Kehadiran Anugerah Sastrawan Mastera menjadi bukti nyata bahwa dunia sastra di Asia Tenggara terus berkembang. Dengan adanya dukungan dari pemerintah dan berbagai pihak yang peduli terhadap sastra, diharapkan akan lahir lebih banyak lagi sastrawan yang mampu memberikan warna baru bagi dunia kesusastraan.
Dalam sambutannya, Pengiran Haji Mohd. Hasnan juga menyoroti pentingnya peran para sponsor dalam penyelenggaraan Anugerah Sastrawan Mastera. Keterlibatan mereka diharapkan mampu memberikan dorongan lebih lanjut bagi perkembangan sastra di Tanah Air, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya sastra sebagai bagian dari budaya dan identitas bangsa.
"Hadiah dianugerahkan oleh Kerajaan Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Baginda Sultan dan Yang Di-Pertuan Negara Brunei Darussalam serta para penaja. Kami berharap ini menjadi langkah awal yang membuka sikap kepedulian dalam memajukan kesusastraan di tingkat nasional, regional, dan internasional," ujar Pengiran Haji Mohd. Hasnan dalam pidatonya yang disampaikan dalam bahasa Melayu.
Menyambut Generasi Baru Sastrawan
Penghargaan yang diterima oleh Taufiq Ismail dan tiga
sastrawan lainnya dari negara anggota Mastera menjadi penanda penting bagi
keberlanjutan tradisi sastra di kawasan Asia Tenggara. Ini tidak hanya menjadi
momen perayaan bagi para sastrawan yang menerima penghargaan, tetapi juga
menjadi dorongan bagi generasi muda untuk melanjutkan perjuangan di dunia
sastra.
Semangat Taufiq Ismail dan para sastrawan lainnya yang mendedikasikan hidupnya untuk mengembangkan bahasa dan puisi menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya. Mereka diharapkan mampu menciptakan karya-karya yang menggugah, mengangkat nilai-nilai kemanusiaan, serta memperkuat identitas budaya masing-masing negara.
Melalui Anugerah Sastrawan Mastera, harapan akan lahirnya sastrawan-sastrawan baru yang berani berkarya dan berbicara melalui bahasa dan puisi menjadi semakin nyata. Kegiatan ini menunjukkan bahwa sastra bukan hanya bagian dari masa lalu, tetapi juga harapan untuk masa depan yang lebih cerah di dunia kesusastraan Asia Tenggara.