Dampak IKN: Tingkat Hunian Hotel di Kalimantan Timur Menempati Peringkat Kedua Setelah Bali
Ilustrasi : Pixabay |
Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel di Kalimantan Timur
(Kaltim) mengalami peningkatan yang signifikan, menempatkannya di posisi kedua
tertinggi di Indonesia setelah Bali pada Agustus 2024. Berdasarkan data yang
disampaikan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, Yusniar Juliana,
TPK hotel di wilayah tersebut tercatat sebesar 67,62 persen. Meskipun angka ini
menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 69,88 persen, tetap
saja Kaltim berhasil mempertahankan posisinya sebagai destinasi dengan tingkat
hunian tertinggi setelah Bali.
Data tersebut dipublikasikan oleh BPS Kaltim dalam rilis daring yang diadakan pada Selasa, 1 Oktober 2024, di Samarinda. Dalam kesempatan tersebut, Yusniar juga membahas sejumlah topik lain yang meliputi inflasi, sektor pariwisata, transportasi, Nilai Tukar Petani (NTP), serta perkembangan ekspor-impor di Kaltim pada Agustus 2024.
Pengaruh IKN Terhadap Tingkat Hunian Hotel
Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap
tingginya TPK di Kaltim adalah dampak efek berganda atau multiplier effect dari
keberadaan Ibu Kota Nusantara (IKN). Proyek pembangunan IKN yang terus berjalan
menjadi magnet yang menarik banyak kunjungan, baik dari wisatawan domestik
maupun internasional, serta berbagai kalangan profesional yang terlibat dalam
proyek besar ini.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023, TPK hotel di Kaltim mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada Agustus 2023, TPK tercatat sebesar 58,82 persen, jauh lebih rendah dibandingkan dengan angka pada Agustus 2024 yang mencapai 67,62 persen. Yusniar menyebutkan bahwa angka ini menunjukkan peluang besar bagi sektor pariwisata di Kaltim yang terus berkembang seiring dengan dinamika pembangunan di wilayah tersebut.
"Secara rata-rata, TPK hotel di Kalimantan Timur ini tergolong tinggi. Ini adalah indikator bahwa sektor pariwisata di wilayah ini memiliki prospek yang baik. Posisi kita yang berada di atas rata-rata nasional juga mencerminkan tingginya potensi pariwisata di Kaltim," ungkap Yusniar.
Rata-rata Lama Menginap Tamu Hotel
Selain tingkat hunian, BPS Kaltim juga melaporkan rata-rata
lama menginap tamu di hotel berbintang di Kaltim. Pada Agustus 2024, rata-rata
lama menginap tamu tercatat sebesar 1,74 hari, sedikit menurun 0,04 poin dari
bulan sebelumnya yang mencapai 1,78 hari. Meskipun terjadi penurunan dari bulan
Juli 2024, jika dibandingkan dengan Agustus 2023, rata-rata lama menginap tamu
justru mengalami peningkatan sebesar 0,17 poin, dari 1,57 hari pada Agustus
2023 menjadi 1,74 hari pada Agustus 2024.
Rata-rata lama menginap tamu asing di Kaltim bahkan mencapai 3,01 hari pada Agustus 2024, menunjukkan peningkatan sebesar 0,73 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Di sisi lain, tamu domestik mengalami penurunan tipis sebesar 0,05 poin dalam hal lama menginap.
Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Selama bulan Agustus 2024, Kaltim mencatat sebanyak 527
kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Meskipun jumlah ini mengalami
penurunan sebesar 5,56 persen dibandingkan dengan bulan Juli 2024, keberadaan
wisman tetap menjadi komponen penting dalam sektor pariwisata Kaltim. Sebagian
besar wisman yang berkunjung ke Kaltim berasal dari negara-negara tetangga
seperti Malaysia, yang menyumbang 28,08 persen dari total kunjungan. Selain
itu, Singapura menyumbang sekitar 18,79 persen, diikuti oleh China dengan 6,07
persen, Jepang dan Australia masing-masing sebesar 3,8 persen.
Kunjungan wisatawan mancanegara ini juga memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi lokal, terutama di sektor perhotelan, kuliner, dan sektor pendukung pariwisata lainnya. Wisman yang berkunjung ke Kaltim tidak hanya memanfaatkan fasilitas hotel, tetapi juga berkontribusi terhadap pengembangan sektor ritel dan ekonomi kreatif di wilayah tersebut.
Komentar dari Pemerintah Provinsi Kaltim
Sekretaris Provinsi (Sekprov) Kalimantan Timur, Sri Wahyuni,
dalam kesempatan yang sama juga menyoroti perkembangan positif di sektor
pariwisata Kaltim. Menurutnya, tingkat hunian hotel di wilayah tersebut telah
menunjukkan konsistensi dalam dua tahun terakhir, terutama di Kota Balikpapan
yang menjadi daerah dengan tingkat okupansi tertinggi di Kaltim.
"Pada tahun 2022, Balikpapan mencatat tingkat okupansi hotel yang tertinggi di Kaltim, dan ini berlanjut hingga saat ini. Balikpapan menjadi salah satu daerah yang mendapatkan manfaat langsung dari proyek IKN, dengan banyak kegiatan yang mendukung pembangunan IKN yang menyebabkan okupansi hotel tetap tinggi," ujar Sri Wahyuni.
Namun, ia juga menambahkan bahwa tingkat hunian yang tinggi
ini belum merata di seluruh wilayah Kaltim. Sebagian besar aktivitas ekonomi
dan pariwisata masih terpusat di Balikpapan, yang memang menjadi pintu gerbang
utama menuju IKN. Meski begitu, dengan adanya IKN, diharapkan efek positif ini
akan menyebar ke daerah-daerah lain di Kaltim.
Multiplier Effect Pariwisata Terhadap Ekonomi Kaltim
Sri Wahyuni juga menegaskan pentingnya sektor pariwisata
sebagai penggerak utama ekonomi di Kaltim. Dengan adanya multiplier effect,
setiap kunjungan wisatawan tidak hanya berdampak pada sektor perhotelan, tetapi
juga menggerakkan berbagai sektor lain seperti kuliner, ritel, dan jasa. Ia
menekankan bahwa kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, akan
memicu rantai pasok ekonomi yang lebih luas, sehingga mendorong pertumbuhan
ekonomi Kaltim secara keseluruhan.
"Pariwisata memberikan efek domino yang sangat luas. Ketika seseorang berkunjung, mereka membutuhkan akomodasi, makanan, dan juga cenderung membeli oleh-oleh atau menggunakan jasa transportasi. Semua ini akan menggerakkan sektor-sektor ekonomi lain yang pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kaltim," jelas Sri Wahyuni.
Pemerintah Provinsi Kaltim pun kini semakin fokus untuk mengembangkan sektor pariwisata sebagai salah satu andalan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Berbagai program dan kebijakan telah dirancang untuk mendongkrak pariwisata Kaltim, termasuk pengembangan destinasi wisata baru yang diharapkan dapat menarik lebih banyak pengunjung, baik dari dalam maupun luar negeri.
Potensi Masa Depan Pariwisata Kaltim
Dengan adanya pembangunan IKN, potensi sektor pariwisata di
Kaltim semakin menjanjikan. Peningkatan tingkat hunian hotel, kunjungan
wisatawan asing, serta lama menginap tamu merupakan beberapa indikator awal
yang menunjukkan bahwa Kaltim siap untuk menjadi salah satu destinasi utama di
Indonesia. Pemerintah daerah berkomitmen untuk terus mengembangkan
infrastruktur pariwisata dan meningkatkan kualitas layanan agar dapat bersaing
dengan destinasi wisata lainnya di Indonesia, seperti Bali dan Lombok.
Ke depannya, dengan semakin rampungnya proyek-proyek pembangunan di IKN dan semakin banyaknya acara serta kegiatan yang berkaitan dengan IKN, diharapkan tingkat hunian hotel dan kunjungan wisatawan di Kaltim akan terus meningkat. Hal ini tidak hanya akan memberikan manfaat ekonomi jangka pendek, tetapi juga akan menciptakan peluang investasi jangka panjang di sektor pariwisata dan sektor-sektor terkait lainnya.
Sebagai penutup, Sri Wahyuni menyatakan optimisme bahwa Kaltim memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi salah satu pusat pariwisata nasional dengan keberadaan IKN sebagai daya tarik utamanya. "Ini adalah momentum yang harus kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk membangun sektor pariwisata yang berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat Kaltim," pungkasnya.