Menengok Kampung Iklim di Dekat IKN: Studi dan Implementasi di Balikpapan
Foto : Detik |
Di Balikpapan, kota penyangga Ibu Kota Negara (IKN),
terdapat sejumlah kampung yang kini berpredikat Kampung Iklim. Program Kampung
Iklim (ProKlim) yang diluncurkan sejak 2012 diharapkan dapat mendukung
pengembangan kebijakan ketahanan iklim dan rendah karbon di tingkat komunitas.
Indonesia sering kali mengalami dampak dari perubahan iklim dan bencana
terkait, seperti banjir dan tanah longsor. Selama Januari-Desember 2022,
tercatat 3.494 bencana alam terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, di mana
1.506 di antaranya atau hampir setengahnya (43,1%) adalah banjir.
Pada tahun 2022, terdapat 1.045 kejadian cuaca ekstrem, 633 peristiwa tanah longsor, 251 kebakaran hutan dan lahan, 28 gempa bumi, 26 erosi, dan 4 kekeringan. Dalam sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Land (2023), Dosen Urban and Regional Planning Study Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Ariyaningsih dan Rajib Shaw meneliti penerapan Kampung Iklim di Balikpapan sebagai respons terhadap perubahan iklim. Poster penelitian mereka dipamerkan dalam acara Early Career Professionals (ECP) Poster and Networking Indonesia 2024, Asia Pacific Network (APN) for Global Change Research di Gedung BJ Habibie, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Jakarta, pada Kamis (13/6/2024).
Kampung Pintar Iklim: Konsep dan Implementasi
Kampung pintar iklim adalah sebuah konsep besar yang berasal
dari Eropa untuk mengatasi perubahan iklim secara lokal di tingkat kampung.
Kampung pintar dalam konteks ini berarti komunitas yang mampu berinisiatif dan
mengembangkan ide-ide sehingga bersikap proaktif terhadap perubahan iklim,
bukan reaktif. Ini memungkinkan mereka untuk berkembang dan memajukan
perekonomian mereka. Begini hasil dari studi tersebut.
Untuk mengetahui kondisi di kampung iklim Balikpapan, peneliti mewawancarai 15 warga dari 15 Kampung Iklim yang ada saat itu. Para responden ditanyai terkait lima indikator kondisi kampung pintar, yaitu resiliensi, minimalitas, komunitas, perspektif, dan digitalisasi. Setiap kondisi dinilai dengan skala 1 (sangat kurang, tidak tersedia, atau tidak ada) hingga 5 (bagus, tersedia dengan memadai).
Kampung Iklim di Balikpapan: Konservasi Bakau dan Manajemen Sampah
Sebagian besar area Balikpapan adalah kawasan pesisir.
Berdasarkan wawancara dengan 15 responden dari masing-masing Kampung Iklim di
Balikpapan, Ariyaningsih dan Shaw menemukan bahwa aktivitas utama warga Kampung
Iklim di sana adalah konservasi bakau. Konservasi bakau membantu mengurangi
dampak perubahan iklim seperti erosi sekaligus meningkatkan ekonomi lokal
melalui ekowisata. Bagi warga Teluk Balikpapan, konservasi hutan bakau
meningkatkan panen kayu dan ikan, yang merupakan sumber pendapatan utama
mereka. Konservasi ini didasarkan pada perluasan akses manajemen kehutanan bagi
warga setempat. Ini memungkinkan perekonomian terbantu sekaligus menjaga dan
meningkatkan tutupan hutan pada lahan.
Aktivitas kedua terbanyak dalam program Kampung Iklim adalah pengelolaan sampah. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Manggar, yang dibangun di Balikpapan, dinyatakan sebagai TPA terbaik di Indonesia pada 2019 oleh Presiden Joko Widodo. Pengelolaan sampah di TPA Manggar mencakup inovasi pemanfaatan gas metana dari sampah untuk dijadikan sumber energi listrik dan bahan bakar alternatif pada kompor gas. Di Kampung Iklim dengan pengelolaan sampah, warga menerapkan konsep zero-waste dalam proses membuang, mengumpulkan, memproses, dan memanfaatkan sampah padat.
Panen Air Hujan dan Potensi Kampung Iklim Baru
Dalam penelitian mereka, Ariyaningsih dan Shaw menemukan
hanya satu Kampung Iklim yang memanen air hujan sebagai solusi masalah air bagi
warga setempat. Dari 15 responden penelitian, 12 di antaranya meyakini bahwa
program Kampung Iklim kurang berjalan efektif selama pandemi COVID-19, tetapi
mereka mengakui bahwa program ini penting dan masalah perubahan iklim disadari.
Sementara itu, warga Kampung Kangkung di Desa Sumberejo mengubah lahannya menjadi tempat wisata edukatif. Kampung yang berdiri sejak 2019 ini juga menerapkan prinsip ketahanan pangan di tanahnya. Namun, pada masa penelitian, kampung ini belum terdaftar dalam Program Kampung Iklim (ProKlim).
Komitmen Pemerintah dan Strategi Masa Depan
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk berkontribusi dalam
upaya global mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Program Kampung
Iklim sendiri direncanakan menjadi program strategis jangka menengah nasional
yang diprioritaskan hingga 2030. Pada tahun 2025, targetnya adalah 20.000
kampung atau subdistrik di Indonesia menjadi Kampung Iklim.
Ariyaningsih menyimpulkan bahwa kesiapan Kampung Iklim di Balikpapan masih berada di tahap awal untuk menjadi kampung pintar. Hanya 15 kampung yang sudah terdaftar dalam program Kampung Iklim pada tahun 2022. Oleh karena itu, dibutuhkan kesiapan dan kesadaran komunitas setempat untuk dapat menerapkannya.
Para peneliti menyarankan tiga strategi ProKlim untuk membantu merespons perubahan iklim dari tingkat kampung. Pertama, pemerintah perlu berkolaborasi dalam mengimplementasikan program Kampung Iklim. Kedua, mempromosikan program Kampung Iklim ke sektor lain melalui digitalisasi atau pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Ketiga, menguatkan partisipasi komunitas dalam menerapkan konsep kampung pintar.
"Karena pemerintah daerah tidak dapat mencapai keberhasilan sendiri, akan bermanfaat jika ada integrasi kebijakan di berbagai tingkat pemerintahan, mendorong partisipasi berbagai pemangku kepentingan, tanpa batas, dan menyelidiki sumber pendanaan baru yang bisa membantu kota agar berhasil melaksanakan proyek ramah lingkungan," terang Ariyaningsih.
"Integrasi dan kolaborasi antar pemerintah menjadi rumit ketika program dan rencana masing-masing pemerintah tumpang tindih. Akibatnya, pelaksanaan program menjadi tidak efektif. Oleh karena itu, program Kampung Iklim harus diintegrasikan dengan rencana tata ruang dan pembangunan rendah emisi, serta pengelolaan partisipatif dan transparan," lanjutnya.
Program Kampung Iklim di Balikpapan menunjukkan potensi
besar dalam mendukung kebijakan ketahanan iklim dan rendah karbon di tingkat
komunitas. Namun, untuk mencapai keberhasilan yang lebih besar, diperlukan
kolaborasi yang erat antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta.
Integrasi kebijakan, promosi program melalui digitalisasi, dan peningkatan
partisipasi komunitas adalah kunci untuk menciptakan kampung-kampung yang tidak
hanya tangguh terhadap perubahan iklim, tetapi juga berdaya secara ekonomi dan
sosial. Dengan komitmen yang kuat dan strategi yang tepat, program Kampung
Iklim dapat menjadi model keberlanjutan yang dapat diterapkan di seluruh
Indonesia.