Dampak Konflik Iran-Israel pada Industri Konstruksi dan Properti di Indonesia
Foto : bne Intellinews |
Ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel kini
mempengaruhi sektor ekonomi yang lebih luas, termasuk industri konstruksi dan
properti di Indonesia. Menurut Danis H Sumadilaga, Ketua Satgas Pelaksanaan
Pembangunan Infrastruktur Ibu Kota Nusantara (IKN), konflik tersebut berpotensi
menyebabkan kenaikan harga material bangunan yang sedang digunakan dalam proyek
pembangunan IKN.
Potensi Kenaikan Harga Material
Dalam pernyataannya di Kantor Kementerian PUPR, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan, Danis menyatakan bahwa kemungkinan kenaikan harga adalah
nyata. "Kemungkinan kenaikan harga material ada, terutama karena faktor
suplai yang terganggu. Meskipun tidak langsung, kenaikan biaya transportasi
akibat konflik bisa jadi salah satu penyebab," ungkapnya. Sementara itu,
ia juga menambahkan bahwa saat ini pihaknya masih melakukan identifikasi dan
kajian mendalam terhadap dampak jangka panjang konflik tersebut terhadap biaya
bahan baku bangunan.
Situasi Kontrak dan Keuangan Proyek
Untuk proyek yang telah dimulai, Danis menegaskan bahwa
biaya material telah termasuk dalam kontrak yang telah disepakati, dengan nilai
total kontrak mencapai sekitar Rp 70 triliun. "Kami sedang memantau
situasi. Insya Allah, kontrak kami aman dengan adanya Multi Years Contract
(MYC). Apabila terjadi eskalasi, kami akan mengikuti kebijakan yang
berlaku," jelasnya lebih lanjut.
Implikasi Ekonomi Lebih Luas
Konflik ini juga berdampak pada nilai tukar rupiah, yang
tercatat anjlok menjadi Rp16 ribu per dolar AS pasca-lebaran. Hal ini terjadi
karena investor beralih dari aset berisiko seperti rupiah ke aset yang dianggap
lebih aman seperti emas dan dolar AS. Joko Suranto, Ketua Umum DPP Real Estate
Indonesia (REI) dan CEO Buana Kassiti, memprediksi bahwa situasi ini akan
menekan pelaku usaha di sektor properti.
Dampak Terhadap Biaya Produksi
Joko Suranto menekankan bahwa kenaikan harga bahan baku akan
mempengaruhi biaya produksi secara keseluruhan. "Dampaknya terasa di biaya
produksi karena industri pendukung sektor properti, yang mencakup 185 industri,
membutuhkan listrik dan bahan bakar. Kenaikan harga bahan bakar minyak pasti
akan meningkatkan biaya operasional," terangnya.
Bahan Bangunan yang Paling Terpengaruh
Menurut Joko, bahan bangunan yang diproduksi oleh industri
manufaktur akan mengalami kenaikan harga paling signifikan. "Bahan yang
paling krusial adalah yang berasal dari pabrik. Bahan bangunan alami mungkin
masih bisa dikendalikan, tetapi bahan dari manufaktur sangat tergantung pada
biaya produksi yang meningkat karena tekanan biaya bahan bakar minyak,"
tutupnya.
Dalam menghadapi situasi yang tidak pasti ini, pemangku
kepentingan di industri konstruksi dan properti di Indonesia harus menyiapkan
strategi untuk mengatasi potensi kenaikan harga dan meminimalkan dampak pada
proyek-proyek yang sedang berlangsung serta yang akan datang.