Mengalirnya Triliunan Rupiah dari Negeri Tirai Bambu: China dan Proyek Ambisius IKN
Di jantung Pulau Kalimantan yang masih dipenuhi bentang
hutan tropis dan aliran sungai yang membelah bukit, sebuah ambisi besar sedang
diwujudkan: pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), proyek raksasa yang bukan
hanya menjadi lambang masa depan Indonesia, tetapi juga medan magnet baru bagi
arus modal global. Salah satu sumber dana yang paling menonjol? Negeri Tirai
Bambu: Tiongkok.
Nilai investasi dari China yang mengalir ke IKN kini telah mendekati angka mencengangkan, yakni sekitar Rp 70 triliun. Angka ini bukan sekadar catatan di laporan keuangan Otorita IKN, melainkan representasi nyata dari bagaimana Indonesia dan China tengah menjalin ikatan ekonomi yang semakin erat di atas lahan seluas ribuan hektare yang akan menjadi pusat pemerintahan masa depan negara ini.
Agung Wicaksono, Deputi Bidang Pendanaan dan Investasi Otorita IKN, menyampaikan bahwa sebagian besar dari nilai investasi tersebut—tepatnya Rp 68,4 triliun—berasal dari skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Sektor-sektor yang digarap melalui skema ini meliputi pembangunan perumahan, sistem transportasi terpadu (yang dinamai Moda Unik Terpadu atau MUT), serta pembangunan infrastruktur jalan. Sisanya, sekitar Rp 500 miliar, merupakan investasi langsung asing (Foreign Direct Investment) dari perusahaan Tiongkok bernama PT Delonix Bravo Investment.
“Investasi konsorsium dan perusahaan asal Tiongkok telah berinvestasi hampir Rp 70 triliun di IKN ini,” ungkap Agung dalam pernyataan resminya, Senin, 2 Juni 2025.
Angka yang tidak kecil ini menandakan lebih dari sekadar kesepakatan bisnis. Ia mencerminkan kepercayaan dan komitmen jangka panjang dari China terhadap proyek ambisius Indonesia. Agung juga menegaskan bahwa investasi yang sudah masuk bukan hanya bersifat simbolis, tetapi telah dan akan terus dijalankan secara nyata di lapangan. Tak berhenti sampai di situ, potensi kerja sama yang baru juga terus dieksplorasi.
Untuk mempertegas keseriusan tersebut, pemerintah China mengutus Duta Besar Republik Rakyat Tiongkok untuk Indonesia, H.E. Wang Lutong, dalam kunjungan resmi ke IKN. Didampingi oleh Ketua Kamar Dagang Tiongkok di Indonesia, Sun Shangbin, Wang Lutong meninjau langsung progres pembangunan dan bertemu dengan para pemangku kepentingan.
Dalam pertemuan tersebut, Wang Lutong mengungkapkan kekagumannya terhadap kemajuan pembangunan IKN. Ia menyebut proyek ini sebagai peluang strategis yang sangat penting, tak hanya bagi Indonesia, tetapi juga bagi perusahaan-perusahaan China yang melihat kawasan Asia Tenggara sebagai poros baru pertumbuhan ekonomi.
“Kami mendorong lebih banyak perusahaan Tiongkok untuk ikut berkontribusi dalam pembangunan kota ini,” ujar Wang dalam pernyataan yang mempertegas dorongan pemerintah Tiongkok untuk mendorong keterlibatan sektor swasta mereka dalam proyek-proyek luar negeri berskala besar seperti IKN.
Bukti dari antusiasme ini bisa terlihat dari jumlah Letter of Interest (LoI) yang diterima oleh Otorita IKN hingga 26 Mei 2025. Total ada 36 LoI yang berasal dari perusahaan-perusahaan Tiongkok. Dari jumlah tersebut, 32 ditujukan untuk skema KPBU dan 4 untuk skema investasi langsung.
Spektrum investasi dari China ini mencakup beragam sektor strategis yang menjadi fondasi kota modern: mulai dari energi, perumahan, pengelolaan limbah, transportasi publik, infrastruktur dasar, hingga industri hijau dan sektor gaya hidup. Tak ketinggalan, China juga menunjukkan minat pada sektor digital serta media dan penyiaran.
Di antara sekian banyak proyek, ada dua konsorsium besar yang patut menjadi sorotan. Pertama, konsorsium CHEC–IJM, yang akan membangun proyek KPBU untuk sistem Moda Unik Terpadu dan infrastruktur jalan dengan total investasi sebesar Rp 27,1 triliun. Kedua, konsorsium CSCEC–CREC, yang juga menargetkan sektor serupa dengan nilai investasi sedikit lebih besar, yakni Rp 27,9 triliun.
Kedua proyek ini masih dalam tahap studi kelayakan, yang nantinya akan dievaluasi oleh Komite KPBU Otorita IKN. Setelah evaluasi kelayakan, tahap berikutnya adalah market sounding, atau proses penjajakan pasar guna melihat respons investor dan kontraktor lainnya, sebelum akhirnya masuk ke tahap lelang akhir.
Sementara itu, proyek KPBU untuk sektor perumahan juga tengah berjalan. Konsorsium IJM–CHEC kini sedang menunggu hasil evaluasi atas rencana pembangunan 20 menara rumah susun yang diperuntukkan bagi Aparatur Sipil Negara (ASN). Proyek ini akan dibangun di Kawasan WP 1B, dengan nilai investasi ditaksir mencapai Rp 13,4 triliun.
Di luar KPBU, investasi langsung juga mulai terlihat progresnya. PT Delonix Bravo Investment, yang merupakan perusahaan asal Tiongkok, telah memulai pembangunan Delonix Nusantara Commercial Complex sejak September 2024. Kompleks ini berdiri di atas lahan seluas 24,2 hektare dan mencakup beragam fasilitas seperti hotel ramah lingkungan, apartemen servis, ruang ritel, gedung perkantoran, fasilitas olahraga, hingga ruang terbuka hijau.
Kompleks ini bukan hanya akan menjadi salah satu pusat komersial pertama di IKN, tetapi juga simbol dari transformasi ruang yang akan menyulap tanah hutan menjadi metropolitan futuristik.
Di tengah semua geliat pembangunan tersebut, Kepala Otorita IKN, Basuki Hadimuljono, memberikan jaminan terhadap kelangsungan dan keamanan investasi yang telah masuk, terutama dari mitra asing seperti Tiongkok. Dalam pertemuannya dengan perwakilan konsorsium CHEC–IJM, Basuki menegaskan bahwa pembangunan yang sudah dimulai tidak akan terhenti di tengah jalan.
“Selain Otorita IKN, Kementerian Keuangan juga akan memberikan jaminan co-guarantee untuk mendukung keberhasilan pembangunan ini," ujar Basuki.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia tidak hanya menyambut baik masuknya modal asing, tetapi juga aktif memberikan dukungan struktural dan jaminan kebijakan guna memastikan investasi berjalan mulus.
Kunjungan kerja delegasi Tiongkok ke IKN tidak hanya berisi agenda pertemuan formal. Sebagai simbol dari kolaborasi yang berakar dan akan terus tumbuh, Duta Besar H.E. Wang Lutong bersama delegasi menutup kunjungan dengan prosesi penanaman pohon Meranti (Shorea leprosula) dan Kapur (Dryobalanops sp.) di Plaza Bhineka Tunggal Ika.
Dua jenis pohon lokal itu dipilih bukan sembarangan. Meranti dan Kapur adalah simbol dari ketangguhan hutan tropis Kalimantan, sekaligus perwujudan harapan bahwa kerja sama antara Indonesia dan Tiongkok akan bertahan lama dan tumbuh menjulang, seperti pepohonan yang mereka tanam bersama.
Jika sebelumnya investasi asing kerap dianggap sebagai bentuk ketergantungan, dalam konteks IKN, ia berubah menjadi wujud kolaborasi yang strategis dan terukur. Perusahaan-perusahaan asal Tiongkok tidak sekadar datang untuk menanamkan modal, tetapi juga untuk menjadi bagian dari cerita pembangunan peradaban baru di tengah hutan Kalimantan. Dan ketika Rp 70 triliun sudah mengalir, ini bukan lagi sebatas komitmen: ini adalah investasi ke dalam sejarah.