Belajar dari Beijing, Wakil Ketua MPR Ajak IKN Terapkan Teknologi Hijau dan Ramah Lingkungan

  

Beijing, Tiongkok — Dalam rangkaian kunjungan kerja ke Negeri Tirai Bambu, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN), Eddy Soeparno, menyempatkan diri mengunjungi salah satu kawasan modern yang menjadi simbol transformasi tata kota hijau di Tiongkok, yakni Beijing Municipal Administrative Center (BMC). Kunjungan yang dilakukan pada Senin, 14 April 2025, itu memberikan banyak inspirasi dan pelajaran penting dalam konteks pengembangan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Indonesia.

Begitu tiba di lokasi, Eddy langsung disambut dengan pemaparan visual dan penjelasan lengkap mengenai miniatur tata ruang kawasan administratif baru Beijing tersebut. Dalam miniatur yang terpajang rapi, terlihat jelas bahwa konsep BMC sangat menekankan keseimbangan antara infrastruktur modern dan pelestarian lingkungan. Hamparan hijau dari taman hutan, kanal besar Grand Kanal Beijing yang mengalir tenang, serta deretan gedung-gedung perkantoran modern yang diselingi dengan area hijau dan pepohonan—semuanya menyatu dalam harmoni tata ruang yang ramah lingkungan.

“Konsep ini sangat menginspirasi. Banyak hal yang bisa kita pelajari untuk diterapkan di IKN, mulai dari gagasan besar mengenai kota hijau, hingga detail pelaksanaan teknisnya,” ujar Eddy Soeparno di sela-sela kunjungan tersebut.

 

Kota Hijau dengan Teknologi Ramah Lingkungan

Menurut Eddy, BMC dapat menjadi model konkret bagaimana sebuah kota bisa dibangun tanpa mengabaikan aspek lingkungan hidup. Salah satu elemen penting yang menarik perhatiannya adalah penerapan kebijakan transportasi ramah lingkungan. Di kawasan ini, pemerintah lokal memang belum melarang penggunaan kendaraan berbasis mesin konvensional, namun mereka secara aktif mendorong penggunaan kendaraan listrik dengan memberikan insentif menarik kepada masyarakat.

“Di sana belum sepenuhnya melarang kendaraan berbasis mesin, tetapi pemerintah daerah memberikan berbagai bentuk insentif agar kendaraan listrik bisa lebih banyak digunakan. Ini langkah konkret dan progresif,” jelas Eddy.

Hal serupa menurutnya sangat relevan untuk diterapkan di IKN. Sesuai dengan visi pembangunan IKN sebagai kota masa depan yang berbasis hijau dan berkelanjutan, pembatasan kendaraan bermotor konvensional dan penggunaan transportasi listrik perlu menjadi perhatian serius. “IKN harus bebas dari polusi kendaraan bermotor. Kita perlu mulai mengarah ke kendaraan listrik sebagai transportasi utama, agar benar-benar mewujudkan konsep smart city dan green city secara utuh,” ujarnya lagi.

 

Efisiensi dan Daur Ulang Air

Tak hanya dari sisi transportasi, Eddy juga menyoroti kebijakan pengelolaan sumber daya air yang diterapkan di BMC. Salah satu hal yang membuatnya terkesan adalah sistem daur ulang air yang sangat efisien. Hampir 70 persen air yang digunakan di kawasan tersebut dimanfaatkan kembali melalui sistem pengolahan modern.

“Ini luar biasa. Kawasan ini menata dirinya sedemikian rupa sehingga aspek ekologis seperti air benar-benar diperhatikan. Daur ulang air hingga 70 persen itu bukan hal kecil. Indonesia bisa belajar dari sini, khususnya dalam hal efisiensi sumber daya dan keberlanjutan,” terang Eddy.

Menurutnya, pengelolaan air yang baik akan menjadi salah satu kunci dalam pembangunan IKN yang berkelanjutan, terutama mengingat tantangan geografis dan lingkungan yang dimiliki wilayah Kalimantan Timur. Dengan teknologi yang tepat, IKN tidak hanya menjadi pusat pemerintahan baru, tetapi juga simbol kemajuan dalam hal konservasi sumber daya alam.

 

Kompleksitas Tata Kota dan Multifungsi Kawasan

Dalam kunjungannya, Eddy juga mencatat kompleksitas dan keterpaduan fungsi kawasan BMC yang sangat mengagumkan. BMC tidak sekadar menjadi pusat administrasi baru bagi Beijing, tetapi juga menjadi pusat baru bagi aktivitas bisnis, pendidikan, budaya, bahkan hiburan.

“Ini bukan cuma kota administratif. Di sini ada segalanya, dari kantor pemerintahan, pusat perdagangan, ruang budaya dan seni, sampai kawasan hiburan seperti Universal Studios. Perpaduan seperti ini menciptakan dinamika kota yang hidup dan inklusif,” ungkap Eddy.

Ia menambahkan, langkah Beijing memindahkan pusat administrasinya ke BMC sejauh 30 km dari kota utama menjadi contoh nyata bagaimana mengurangi kepadatan urban dan menciptakan ruang hidup yang lebih sehat dan tertata. IKN sebagai ibu kota baru di Indonesia diharapkan bisa mengikuti jejak serupa dengan pendekatan yang holistik dan terintegrasi.

“Kita perlu memikirkan bagaimana IKN bukan hanya menjadi pusat pemerintahan, tetapi juga pusat pertumbuhan ekonomi baru, pusat inovasi, serta ruang kehidupan yang nyaman bagi masyarakat,” katanya lagi.

 

Aspirasi dan Rekomendasi untuk Pemerintah

Eddy Soeparno menegaskan bahwa hasil dari kunjungannya ke BMC ini tidak akan berhenti di tingkat observasi semata. Seluruh rangkaian kunjungan kerja ke Tiongkok pada 14–17 April 2025 akan dirangkum secara sistematis dan disampaikan kepada kementerian, lembaga, maupun institusi terkait di Indonesia.

“Semua hasil kunjungan ini akan kami susun dalam bentuk laporan dan rekomendasi. Harapannya, bisa menjadi bahan pertimbangan yang konstruktif untuk mendukung perencanaan dan pelaksanaan pembangunan IKN ke depan,” ucapnya.

Sebagai Wakil Ketua MPR RI dan juga Wakil Ketua Umum PAN, Eddy menyatakan bahwa dirinya akan terus mendorong sinergi lintas sektor agar pembangunan IKN tidak hanya cepat, tetapi juga berkualitas, berwawasan lingkungan, dan relevan dengan perkembangan global.

“Pembangunan IKN adalah proyek nasional jangka panjang. Kita tidak boleh hanya berpikir untuk hari ini, tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Maka, mengadopsi teknologi hijau dan tata kota berkelanjutan adalah langkah yang tidak bisa ditawar,” tegasnya.

Kunjungan Eddy Soeparno ke Beijing Municipal Administrative Center menjadi momen refleksi penting bagi Indonesia, khususnya dalam mengembangkan Ibu Kota Nusantara sebagai kota masa depan. Dengan menimba ilmu dari pengalaman kota-kota maju dunia, Indonesia bisa membangun ibu kota yang tidak hanya megah secara fisik, tetapi juga bijak dalam pemanfaatan sumber daya, peduli terhadap lingkungan, serta humanis dalam pelayanannya kepada masyarakat.

Langkah-langkah seperti pengembangan transportasi listrik, daur ulang air, ruang hijau, serta kawasan multifungsi yang terintegrasi harus mulai diterapkan secara nyata di lapangan. Dengan semangat gotong royong dan inovasi, IKN bisa menjadi simbol kemajuan Indonesia di mata dunia.

Next Post Previous Post