Sarawak Menuju Pionir Bioetanol dari Bambu untuk Energi Penerbangan Berkelanjutan
Kota Kuching, ibu kota negara Sarawak. Photo by AI-IKN TIME |
Sarawak mengambil langkah besar dalam memproduksi bioetanol berbasis buluh alias bambu, sebuah inisiatif yang ditujukan untuk menciptakan bahan bakar penerbangan berkelanjutan (Sustainable Aviation Fuel, SAF). Datuk Patinggi Abang Johari Tun Openg, Premier Sarawak, menyatakan kesiapan wilayah tersebut untuk berkolaborasi dengan Sakura Ferroalloys dan berbagai agensi terkait untuk mewujudkan visi tersebut.
Memanfaatkan buluh sebagai sumber alternatif energi terbarukan untuk SAF menandakan upaya Sarawak dalam transisi energi menghadapi perubahan iklim dan dampak efek rumah kaca. Hal ini disampaikan Abang Johari dalam perayaan ulang tahun ke-10 Sakura Ferroalloys yang berlangsung di Parkcity Everly.
Abang Johari menambahkan bahwa Sarawak, bekerja sama tidak hanya dengan Sakura namun juga dengan Lembaga Kemajuan Bintulu (BDA), siap menyediakan lahan untuk budidaya buluh yang akan digunakan dalam produksi bioetanol. Ini menunjukkan bahwa buluh, yang sebelumnya dikaitkan dengan produksi perabot, memiliki potensi besar sebagai sumber energi baru yang berkontribusi pada peningkatan pendapatan daerah.
Kerja sama dengan perusahaan seperti Sakura Ferroalloys menjadi kunci dalam mewujudkan ambisi Sarawak untuk pembangunan berkelanjutan. Sebelumnya, Abang Johari menyebutkan bahwa Taman Perindustrian Samalaju telah berhasil menarik investasi mencapai RM111.73 miliar sejak operasional, berdampak positif pada industri hiliran dan ekonomi domestik.
Investasi tersebut juga diikuti dengan estimasi produksi mencapai RM12.07 miliar dan penciptaan lapangan kerja untuk 10,000 orang. Proyek infrastruktur seperti saluran paip gas Bintulu-Samalaju, yang menghubungkan Bintulu dengan Taman Perindustrian Samalaju dan diharapkan selesai pada akhir 2025, diperkirakan akan meningkatkan distribusi gas dan penjanaan kuasa, mendukung operasional industri di kawasan tersebut.