Karhutla Ancam Kubu Raya: Titik Api Dekat Bandara dan Kesiagaan Total Aparat Gabungan
Kemarau belum benar-benar tiba, namun amukan api sudah mulai
memperlihatkan tajinya di Kabupaten Kubu Raya. Dalam beberapa hari terakhir,
suhu udara yang menanjak dan hujan yang mulai jarang turun menciptakan
kombinasi ideal bagi munculnya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah
titik. Senin sore, petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kubu Raya
mendeteksi titik-titik api yang cukup mencolok, termasuk di lokasi yang sangat
krusial: dekat dengan Bandara Internasional Supadio.
Situasi ini kontan menciptakan kegaduhan di kalangan aparat dan warga. Tidak hanya mengancam ekosistem dan lahan produktif, kebakaran yang menjalar ke dekat fasilitas vital seperti bandara juga membawa risiko besar terhadap kelancaran transportasi udara. Tim pemadam gabungan pun harus bertindak cepat, sigap, dan terkoordinasi dalam memadamkan api sebelum kondisi memburuk.
Kebakaran Mengintai Dari Ujung Landasan
Pada sore yang panas di tanggal 26 Mei, tim BPBD menerima
laporan visual mengenai munculnya asap tebal dari arah Desa Limbung. Tak lama
berselang, titik-titik api juga terpantau di Desa Punggur Kecil dan Desa Rasau
Jaya Umum. Tiga desa itu, dalam beberapa tahun terakhir, memang dikenal sebagai
kawasan rawan karhutla, terutama ketika cuaca mulai berubah.
Di antara ketiga titik itu, kebakaran di sekitar kawasan Bandara Supadio menjadi perhatian khusus. Tidak hanya karena dekat dengan jalur pesawat, tetapi juga karena arah angin bisa sewaktu-waktu membawa asap ke runway, membahayakan proses lepas-landas maupun pendaratan pesawat.
“Kami langsung menurunkan tim ke lapangan begitu menerima laporan dari warga dan pantauan satelit. Sore ini kita masih memadamkan kebakaran di sekitar bandara yang telah terbakar sejak siang hari tadi. Kami memblokade agar tidak terus merambah dan mengganggu penerbangan,” ujar Herry Purwoko, Kepala Pelaksana BPBD Kubu Raya, kepada wartawan.
Ia menambahkan bahwa pemadaman dilakukan secara hati-hati, dengan prioritas utama mencegah api menjalar ke pemukiman dan fasilitas publik. Tim pemadam di lapangan dilengkapi dengan mesin pompa air, selang panjang, serta dukungan dari Manggala Agni dan masyarakat sekitar.
“Kami bersyukur karena belum memasuki puncak musim kemarau, jadi sumber air masih cukup banyak. Ini sangat membantu,” jelas Herry.
Pendataan dan Blokade: Dua Strategi Pemadaman
Sementara pemadaman berlangsung, BPBD juga melakukan proses
pendataan luas lahan yang terbakar. Di Desa Limbung saja, kata Herry, api sudah
membakar sebagian kawasan lahan gambut yang mudah menyala dan sulit dipadamkan
jika tidak segera ditangani. Meski luasan pasti masih dalam proses pengukuran,
namun secara kasat mata terlihat bahwa kobaran cukup besar dan menyebar cepat
ke arah timur.
Tim gabungan menerapkan strategi blokade dengan membuat jalur-jalur penyekat api menggunakan air dan semak yang dibasahi. Langkah ini untuk mencegah api menjalar ke fasilitas lain dan rumah warga yang berada tak jauh dari lokasi.
Di Desa Punggur Kecil dan Rasau Jaya Umum, proses pemadaman juga dilakukan bersamaan. Kendala utama, menurut laporan lapangan, bukan pada medan, melainkan kecepatan angin yang membuat api bisa bergerak tidak terduga. Oleh karena itu, patroli udara dengan drone digunakan untuk memantau pergerakan api dari ketinggian.
Turun Langsung ke Lokasi: Bupati dan Wakil Bupati Siaga
Tak tinggal diam, Bupati Kubu Raya Sujiwo ikut turun
langsung ke lokasi karhutla, terutama di sekitar bandara. Ia mengenakan seragam
lapangan lengkap dengan topi dan masker, berdiri di antara semak terbakar
bersama aparat gabungan dan memberikan arahan langsung.
“Kita harus pastikan peralatan, personel, dan lainnya benar-benar siap. Jangan sampai kalah dengan api yang merambah di lahan warga,” kata Sujiwo tegas, sembari menyaksikan semprotan air diarahkan ke titik-titik api yang masih aktif.
Bagi Sujiwo, karhutla bukan isu baru. Desa Limbung misalnya, disebutnya sebagai “langganan” terbakar hampir tiap tahun. Kondisi tanah yang sebagian besar gambut dan padang ilalang menjadikan desa ini sangat rentan terbakar saat musim kering.
“Kita sudah tahu desa mana saja yang rawan. Tapi kita juga tahu bahwa mengatasi ini tidak bisa hanya reaktif. Harus ada pencegahan, sosialisasi, dan patroli terus-menerus,” jelasnya lagi.
Pihaknya mengaku telah mengalokasikan dana untuk kesiapsiagaan karhutla tahun ini. Anggaran itu digunakan untuk pembelian peralatan pemadam, pelatihan relawan, serta pengadaan bahan bakar untuk operasional lapangan. Namun, ia juga menggarisbawahi pentingnya kerja sama antara masyarakat dan pemerintah.
“Jangan sampai ada warga yang membuka lahan dengan cara dibakar. Itu akan memperparah situasi dan membahayakan banyak pihak,” tegas Sujiwo.
Pendidikan dan Penerbangan Terganggu: Dampak Nyata Asap
Selain ancaman terhadap keselamatan penerbangan, asap akibat
karhutla juga membawa dampak signifikan pada sektor lain. Sekolah-sekolah yang
berada di dekat titik api harus bersiap dengan kemungkinan penghentian
sementara kegiatan belajar-mengajar jika kualitas udara memburuk.
“Berbagai bidang terganggu seperti pendidikan dan penerbangan. Tentu merugikan semua pihak. Namun upaya petugas gabungan yang menghalau api mendekati rumah dan sekolah sangat kita apresiasi,” ucap Sujiwo.
Bahkan menurut laporan sementara, beberapa orang tua siswa sudah mengeluhkan iritasi mata dan pernapasan ringan yang dialami anak-anak mereka. Meski belum sampai pada tahap evakuasi, pemerintah daerah sudah menyiapkan skenario darurat jika kondisi semakin memburuk, termasuk opsi sekolah daring untuk wilayah terdampak.
Asap yang mengarah ke bandara juga menjadi perhatian serius. Pihak otoritas bandara dilaporkan terus memantau arah angin dan visibilitas udara. Hingga saat ini, belum ada penerbangan yang dibatalkan, namun jika asap menebal, opsi penghentian sementara bisa saja dilakukan.
Sujiwo dan Sukiryanto Siap Turun Langsung Bersama Petugas
Kesiapsiagaan pemerintah daerah tidak hanya berupa dukungan
logistik. Baik Bupati Sujiwo maupun Wakil Bupati Sukiryanto menyatakan
kesiapannya untuk ikut terjun langsung jika kondisi darurat terus berlanjut.
Mereka bahkan menegaskan bahwa tidak akan hanya memantau dari belakang meja,
melainkan siap berada di garis depan bersama petugas pemadam dan relawan.
“Ini bukan hanya soal administrasi atau anggaran, tapi soal nyawa dan lingkungan. Jika dibutuhkan, saya dan Pak Sukiryanto siap memadamkan api bersama petugas di titik-titik yang paling sulit,” kata Sujiwo dengan nada serius.
Wakil Bupati Sukiryanto sendiri diketahui telah mengunjungi beberapa desa terdampak minggu lalu, dalam rangkaian patroli awal karhutla. Ia menyoroti pentingnya edukasi warga mengenai bahaya membuka lahan dengan pembakaran.
“Kita tidak bisa hanya mengandalkan petugas. Masyarakat harus diberi pemahaman bahwa satu puntung rokok yang dibuang sembarangan bisa menyebabkan bencana besar,” ujarnya dalam sebuah wawancara sebelumnya.
Perluas Sosialisasi dan Pengawasan di Desa-Desa Rawan
Di balik aksi cepat dan penanggulangan lapangan, pemerintah
Kabupaten Kubu Raya juga merancang langkah jangka panjang. Salah satunya adalah
memperluas jaringan pengawasan dan edukasi berbasis desa. Program ini
melibatkan perangkat desa, pemuda, tokoh adat, dan kelompok tani.
Setiap desa yang masuk kategori rawan akan memiliki "pos pantau" yang terhubung langsung ke pusat kendali di kantor BPBD. Pos ini dilengkapi dengan alat komunikasi, pemantau suhu dan kelembapan, serta logistik darurat seperti masker dan air bersih.
Desa Limbung, Punggur Kecil, dan Rasau Jaya Umum direncanakan menjadi pilot project dari program ini. Selain sebagai pos pengawasan, pos ini juga akan digunakan sebagai tempat edukasi warga tentang cara mencegah karhutla, mulai dari teknik membuka lahan tanpa api hingga mengenali tanda-tanda awal kebakaran.
“Kita tidak bisa menunggu sampai api membesar baru bertindak. Pencegahan adalah kunci,” tutur Herry Purwoko.
BPBD juga bekerja sama dengan perguruan tinggi di Kalimantan Barat untuk memetakan kawasan-kawasan kritis berdasarkan data cuaca, vegetasi, dan topografi. Hasil pemetaan ini akan dijadikan dasar dalam menyusun strategi penanggulangan yang lebih tepat sasaran.
Langkah-langkah ini dianggap mendesak, mengingat musim kemarau diperkirakan akan berlangsung lebih panjang tahun ini akibat fenomena El NiƱo yang masih terus aktif. Dengan suhu yang terus naik dan curah hujan yang semakin jarang, risiko karhutla akan semakin tinggi, tidak hanya di Kubu Raya tetapi di seluruh Kalimantan Barat.
Kolaborasi Pemerintah, Warga dan Alam
Dalam menghadapi tantangan tahunan seperti karhutla, tidak
cukup hanya mengandalkan mesin dan tenaga manusia. Alam juga harus diajak
bekerja sama. Reboisasi, pembuatan embung (kolam air buatan), serta penghijauan
kembali lahan-lahan yang terbakar menjadi langkah-langkah penting yang mulai
dirancang pemerintah daerah.
Petugas dari Dinas Lingkungan Hidup juga telah mulai mengidentifikasi pohon-pohon yang cocok untuk ditanam di lahan bekas terbakar. Pohon-pohon ini harus tahan panas, bisa tumbuh cepat, dan memiliki fungsi ekologis untuk menahan air serta mencegah erosi.
Sementara itu, beberapa komunitas pemuda di Desa Limbung dan Rasau Jaya juga mulai terlibat dalam gerakan pembersihan lahan dan pembuatan sekat bakar sederhana. Gerakan ini diharapkan bisa menjadi pemicu bagi desa-desa lain untuk turut serta dalam menjaga lingkungan mereka dari bahaya api.
Dalam upaya menekan karhutla, peran semua pihak sangat diperlukan. Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri, sebagaimana warga juga tidak bisa bertindak bebas tanpa kendali. Sinergi yang baik antara manusia, teknologi, dan alam menjadi satu-satunya cara untuk mengatasi bencana yang sudah menjadi langganan ini.