Inflasi Kalimantan Barat: Catatan Terbesar pada November 2024
Ilustrasi : Pixabay |
Kalimantan Barat mencatatkan perkembangan inflasi yang
menarik perhatian pada November 2024. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS)
Kalimantan Barat, Muhammad Saichudin, mengungkapkan hasil pemantauan pihaknya
terhadap tingkat inflasi di lima kabupaten/kota di provinsi tersebut.
Berdasarkan data BPS, inflasi year-on-year (y-on-y) mencapai 1,61 persen, yang
berarti ada kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 104,65 pada November 2023
menjadi 106,33 pada November 2024.
“Inflasi year-on-year ini disebabkan oleh peningkatan harga pada sepuluh kelompok pengeluaran utama,” ujar Saichudin dalam konferensi pers di Pontianak baru-baru ini.
Kelompok Pengeluaran yang Berkontribusi Besar
Kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau
mencatatkan peningkatan harga paling signifikan, yakni sebesar 2,70 persen.
Disusul kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang mengalami kenaikan
sebesar 3,65 persen, serta kelompok pendidikan yang turut menyumbang inflasi
dengan kenaikan sebesar 3,10 persen. Angka-angka ini menyoroti betapa
beragamnya faktor yang memengaruhi inflasi di provinsi ini.
Inflasi Tertinggi dan Terendah di Kalimantan Barat
Kabupaten Kayong Utara menjadi wilayah dengan inflasi
tertinggi year-on-year, yaitu mencapai 2,12 persen dengan IHK sebesar 106,22.
Sebaliknya, Kabupaten Ketapang mencatatkan inflasi terendah sebesar 1,26 persen
dengan IHK sebesar 107,23. Perbedaan ini menunjukkan variasi dinamika ekonomi
di berbagai daerah di Kalimantan Barat, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
lokal seperti pola konsumsi dan ketersediaan barang.
Inflasi Month-to-Month dan Year-to-Date
Selain inflasi year-on-year, BPS juga mencatat tingkat
inflasi month-to-month (m-to-m) sebesar 0,27 persen pada November 2024.
Sementara itu, inflasi year-to-date (y-to-d) mencapai 1,25 persen. Kedua
indikator ini memberikan gambaran tambahan tentang tren harga barang dan jasa
dalam jangka waktu yang lebih pendek dan lebih panjang.
Komoditas Penyumbang Inflasi dan Deflasi
Penyumbang Inflasi Year-on-Year
Beberapa komoditas memberikan kontribusi besar terhadap
inflasi year-on-year di Kalimantan Barat. Di antaranya adalah:
- Emas Perhiasan: Kenaikan harga emas mencerminkan dinamika pasar logam mulia, yang sering kali dipengaruhi oleh kondisi global.
- Minyak Goreng: Fluktuasi harga minyak goreng biasanya dipengaruhi oleh pasokan bahan baku seperti kelapa sawit.
- Sigaret Kretek Mesin (SKM): Produk tembakau terus mengalami kenaikan harga, baik karena regulasi maupun peningkatan permintaan.
- Bawang Merah dan Kopi Bubuk: Keduanya merupakan kebutuhan rumah tangga yang harganya rentan terhadap perubahan musim dan distribusi.
Komoditas lainnya seperti ikan baung, cumi-cumi, ikan nila,
gula pasir, serta ikan tongkol atau ambu-ambu juga menjadi pemicu kenaikan
harga.
Namun, tidak semua harga barang naik. Beberapa komoditas justru mengalami penurunan harga yang menyumbang deflasi, antara lain:
- Daging Ayam Ras dan Cabai Rawit: Keduanya mencatat penurunan harga karena peningkatan pasokan.
- Bahan Bakar Rumah Tangga dan Bensin: Penurunan harga energi menjadi kabar baik bagi masyarakat.
- Ikan Kembung dan Cabai Merah: Penurunan harga ini bisa jadi karena musim panen yang baik.
Penyumbang Inflasi dan Deflasi Month-to-Month
Pada tingkat inflasi m-to-m, bawang merah, minyak goreng,
tomat, ikan kembung, serta emas perhiasan menjadi komoditas utama yang
menyebabkan kenaikan harga. Di sisi lain, beberapa komoditas seperti daging
ayam ras, cabai rawit, kentang, beras, dan bayam mencatat penurunan harga,
sehingga memberikan dampak deflasi.
Inflasi di Kalimantan Barat juga dipengaruhi oleh kenaikan indeks pada sepuluh kelompok pengeluaran utama. Berikut adalah rincian kenaikannya:
- Makanan, Minuman, dan Tembakau: Naik 2,70 persen, kelompok ini mendominasi kontribusi inflasi karena kebutuhan sehari-hari masyarakat.
- Pakaian dan Alas Kaki: Mengalami kenaikan sebesar 0,62 persen, meski kontribusinya relatif kecil dibanding kelompok lainnya.
- Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga: Kelompok ini mencatat kenaikan sebesar 0,20 persen, mencerminkan stabilitas harga dalam kebutuhan pokok.
- Perlengkapan, Peralatan, dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga: Indeksnya naik sebesar 0,32 persen.
- Kesehatan: Naik 0,77 persen, yang mungkin disebabkan oleh peningkatan harga obat-obatan dan jasa kesehatan.
- Transportasi: Dengan kenaikan 0,70 persen, sektor ini mencerminkan dampak dari fluktuasi harga bahan bakar.
- Rekreasi, Olahraga, dan Budaya: Kelompok ini mencatat kenaikan sebesar 1,32 persen.
- Pendidikan: Naik signifikan sebesar 3,10 persen, sejalan dengan biaya sekolah yang semakin meningkat.
- Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran: Kelompok ini naik 1,27 persen, yang mencerminkan peningkatan harga di sektor jasa makanan.
- Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya: Dengan kenaikan tertinggi sebesar 3,65 persen, kelompok ini menunjukkan perubahan pola konsumsi masyarakat.
Sebaliknya, satu-satunya kelompok yang mencatat penurunan
adalah kelompok Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan, yang indeksnya turun
sebesar 0,18 persen. Penurunan ini kemungkinan disebabkan oleh penyesuaian
tarif atau persaingan harga di sektor komunikasi.
Tren inflasi yang terjadi di Kalimantan Barat ini memberikan
wawasan penting bagi berbagai pihak, baik masyarakat, pemerintah, maupun pelaku
usaha. Pemerintah daerah diharapkan dapat mengoptimalkan pengelolaan pasokan
bahan pokok untuk menekan inflasi lebih lanjut. Di sisi lain, masyarakat dapat
memanfaatkan informasi ini untuk mengatur pola konsumsi mereka.
Peningkatan harga di sektor pendidikan, perawatan pribadi, serta makanan dan minuman menjadi perhatian utama, mengingat dampaknya terhadap pengeluaran rumah tangga. Selain itu, fluktuasi harga energi, seperti bahan bakar, juga menjadi salah satu komponen penting yang perlu diawasi secara ketat.
Data inflasi yang disampaikan BPS Kalimantan Barat pada
November 2024 ini mencerminkan dinamika ekonomi yang kompleks di provinsi
tersebut. Dengan IHK yang terus meningkat dan berbagai kelompok pengeluaran
yang berkontribusi, diperlukan kerja sama semua pihak untuk menjaga stabilitas
ekonomi daerah. Melalui pemahaman yang baik terhadap penyebab inflasi,
diharapkan langkah-langkah strategis dapat diambil untuk menciptakan
keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat.