Getaran Subuh di Tawau: Gempa Magnitudo 2,7, Sejarah Seismik, dan Refleksi Warga Sabah
![]() |
Titik gempa M 2,7 di Tawau Sabah. Foto : MET Malaysia |
Tawau, Sabah — Ketenangan subuh di Tawau, Sabah, berubah
dalam sekejap. Pada Kamis pagi, tepat pukul 04.54 waktu setempat (03.54 WIB),
bumi bergemuruh pelan. Getaran selama 10 hingga 15 detik mengguncang beberapa
bagian Tawau, membuat warga terbangun dari tidur. Meski magnitudonya hanya 2,7
dan pusat gempa berada pada kedalaman 10 kilometer, kejadian ini menorehkan
cerita baru dalam catatan geologi Sabah, salah satu wilayah paling dinamis
secara tektonik di Malaysia.
Departemen Meteorologi Malaysia (MET) merilis informasi
cepat dan akurat: gempa terjadi pada koordinat 4.5° Utara dan 118.1° Timur,
sekitar 17 kilometer dari pusat kota Tawau. Tidak ada laporan kerusakan atau
korban jiwa, namun getarannya cukup terasa, terutama karena dangkalnya pusat
gempa. Media sosial langsung dipenuhi cerita dan komentar warga yang merasakan
getaran tersebut. Mereka yang baru selesai salat subuh atau masih tertidur
lelap sontak terbangun, beberapa diliputi rasa cemas, sebagian lagi merasa
tenang setelah mengetahui magnitudo gempa tidak signifikan.
Muhammad Aidil, salah seorang warga Tawau, mengunggah
pengalamannya di Facebook. “Alhamdulillah, semuanya baik-baik saja. Getaran
terasa setelah azan subuh, berlangsung sekitar 10 hingga 15 detik,” tulisnya.
Unggahannya mendapat banyak respons, sebagian besar dari warga yang merasakan
hal serupa. Getaran itu, meski singkat, cukup membuat banyak orang waspada.
Ryzzo Ikhwan, netizen lain, mengingatkan bahwa ini bukan
kali pertama Tawau mengalami gempa. “Mirip dengan gempa Agustus lalu, tapi
waktu itu lebih dalam, sekitar 19 kilometer. Hari ini hanya 10 kilometer, jadi
terasa lebih kuat meskipun magnitudonya kecil,” tulisnya. Komentar ini memicu
diskusi lebih lanjut tentang aktivitas seismik di Sabah, yang meski jarang
mengalami gempa besar, ternyata cukup sering diguncang gempa kecil.
Sabah memiliki karakteristik geologi unik yang membedakannya
dari wilayah lain di Malaysia. Meskipun negara ini tidak terletak di jalur
Cincin Api Pasifik—zona tektonik aktif yang membentang di sepanjang Samudera
Pasifik—Sabah adalah pengecualian. Wilayah ini terletak dekat dengan batas
pertemuan beberapa lempeng besar: Eurasia di barat, Hindia-Australia di
selatan, dan Filipina di timur.
Kombinasi pergerakan lempeng ini menciptakan tekanan di
bawah permukaan bumi, yang sewaktu-waktu bisa dilepaskan dalam bentuk gempa.
Tekanan ini tidak selalu menghasilkan gempa besar, tetapi cukup untuk memicu
gempa-gempa kecil, terutama di daerah yang memiliki patahan aktif. Tawau, yang
berdekatan dengan perbatasan Kalimantan Utara, Indonesia, sering mengalami
aktivitas seismik karena dinamika ini.
Menurut MET Malaysia, wilayah Sabah memang lebih sering mengalami gempa dibandingkan bagian Malaysia lainnya. Ini bukan hanya karena kedekatannya dengan batas lempeng, tetapi juga karena struktur geologi lokalnya. Patahan-patahan kecil di bawah Sabah dapat melepaskan energi dalam bentuk gempa kecil, seperti yang terjadi pagi ini.
Meski tidak ada kerusakan yang dilaporkan, gempa kecil ini
mengingatkan warga akan pentingnya kesiapsiagaan. Di negara yang jarang
mengalami gempa besar seperti Malaysia, bahkan getaran kecil pun bisa
menimbulkan kepanikan. Beberapa warga mengaku merasa cemas, terutama mereka
yang tinggal di gedung-gedung bertingkat.
“Kita jarang merasakan gempa di sini, jadi saat ada getaran, pasti kaget. Tapi Alhamdulillah, semuanya aman,” kata Nurul, seorang warga Tawau yang tinggal di apartemen lantai empat. Cerita-cerita seperti ini mencerminkan pentingnya edukasi bencana, bahkan di wilayah yang dianggap minim risiko.
Dalam beberapa menit setelah gempa, media sosial menjadi
ruang berbagi informasi dan dukungan. Warga saling mengabarkan kondisi mereka,
memastikan keluarga dan teman dalam keadaan aman. Beberapa unggahan memberikan
informasi penting tentang apa yang harus dilakukan saat terjadi gempa, seperti
mencari tempat berlindung atau menghindari area berisiko.
MET Malaysia juga memanfaatkan media sosial untuk memberikan informasi resmi dan menenangkan warga. Mereka menegaskan bahwa gempa ini tergolong lemah dan tidak berpotensi tsunami. Namun, mereka juga mengingatkan bahwa gempa kecil bisa menjadi bagian dari aktivitas seismik yang lebih besar, sehingga warga harus tetap waspada.
Gempa yang terjadi di Tawau bukanlah fenomena baru. Dalam
dua dekade terakhir, wilayah ini telah mengalami beberapa gempa kecil, sebagian
besar berkekuatan di bawah magnitudo 5. Namun, apa yang membuat Tawau lebih
sering mengalami gempa dibandingkan wilayah lain di Malaysia?
Ahli geologi Dr. Hamzah dari Universitas Malaysia Sabah menjelaskan, “Sabah, terutama Tawau, berada di zona transisi antara beberapa mikro-lempeng. Tekanan yang terakumulasi di bawah permukaan bisa dilepaskan dalam bentuk gempa kecil. Ini berbeda dengan gempa di Indonesia atau Filipina yang biasanya melibatkan pergerakan besar di batas lempeng.”
Jika menelusuri sejarah, Sabah memiliki catatan panjang aktivitas seismik. Salah satu gempa terbesar yang tercatat terjadi pada tahun 1976 di Lahad Datu, dengan magnitudo 5,8. Gempa ini menyebabkan kerusakan cukup parah dan menewaskan beberapa orang. Setelah itu, wilayah ini mengalami beberapa gempa kecil, sebagian besar tidak menimbulkan kerusakan.
Tawau sendiri, meskipun jarang mengalami gempa besar, memiliki beberapa patahan aktif yang bisa memicu aktivitas seismik. Gempa pagi ini adalah pengingat bahwa meskipun kecil, aktivitas ini adalah bagian dari dinamika bumi yang harus dipahami dan diantisipasi.
Gempa ini, meskipun kecil, menyoroti pentingnya mitigasi
bencana. Pemerintah Sabah telah mengambil beberapa langkah untuk meningkatkan
kesiapsiagaan, termasuk mengadakan simulasi gempa dan memberikan edukasi kepada
masyarakat. Namun, masih ada tantangan besar, terutama dalam meningkatkan
kesadaran di kalangan masyarakat.
Pakar mitigasi bencana Dr. Salimah dari Universiti Kebangsaan Malaysia mengatakan, “Penting untuk memahami bahwa gempa kecil seperti ini bisa menjadi tanda aktivitas seismik yang lebih besar. Masyarakat harus siap, bukan hanya secara fisik, tetapi juga mental.”
Ketika gempa mengguncang Tawau pagi ini, sebagian besar warga mungkin tidak memikirkan dinamika lempeng atau sejarah seismik. Mereka hanya merasakan getaran di bawah kaki mereka, pengingat singkat tentang kekuatan alam yang tersembunyi. Bagi banyak orang, ini adalah momen refleksi—tentang kerentanan manusia, pentingnya kesiapsiagaan, dan hubungan kita dengan bumi.
Gempa kecil ini mungkin akan segera terlupakan, digantikan oleh berita lain atau rutinitas harian. Namun, bagi mereka yang terbangun pagi ini, getaran itu adalah pengingat bahwa di bawah permukaan yang tampak tenang, bumi selalu bergerak, dan alam selalu memiliki cara untuk mengingatkan kita tentang keberadaannya.